Cara Budidaya Kebon KOPI ORGANIK Kampung Paseban
Kopi Organik
Adanya tuntutan untuk dilaksanakannya sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable) dan ramah lingkungan (ecofriendly), ditambah semakin banyaknya konsumen kopi yang beralih pada trend gaya hidup sehat, maka kita dituntut untuk dapat menyediakan kopi organik. Kopi organik adalah kopi yang dalam memproduksinya tidak menggunakan zat sintetis seperti pestisida, herbisida dan pupuk buatan. Dalam budidaya kopi organik ini pada dasarnya sama saja dengan cara non organik, namun cara budidaya organik ini bebas dari penggunaan zat-zat atau bahan kimia logam yang meninggalkan residu, baik dari pestisida, herbisida, pupuk buatan maupun bahan-bahan lain dalam pengelolaannya sehingga menghasilkan produk kopi yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Kopi dapat dikatakan organik jika setidaknya ditanam selama tiga tahun tanpa menggunakan bahan kimia sama sekali. Standar tiga tahun diperlukan agar kondisi kebun kopi benar-benar teruji bersih dari sentuhan kimiawi. Legalitas sertifikat organik juga mewajibkan durasi penanaman selama tiga tahun.
Pemupukan Untuk Kopi Organik
Dewasa ini banyak beredar produk-produk pupuk komersial baik organik maupun anorganik, yang lengkap dengan kandungan unsur hara yang dibutuhkan bagi setiap tanaman. Namun yang paling tepat untuk pemupukan kopi adalah bahan organik sisa- sisa kebun yang berupa pupuk kompos, pupuk hijau, pupuk kandang atau bahan lainnya yang tanpa penggunaan bahan kimia. Semua itu bisa dibuat secara mandiri dan terintegrasi dengan kultur budaya masyarakat, yang pada umumnya para petani memelihara ternak sebagai kegiatan pendukung budidaya pertanian. Penggunaan pupuk kandang dan kompos limbah kulit kopi menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih baik, dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Oleh karenanya, pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai kompos sangat dianjurkan.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Kopi Organik
Kopi sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit, apalagi jika kurang dalam melakukan perawatan, menjaga sanitasi kebun dan dalam melakukan pemangkasan, yang dapat menyebabkan tanaman kopi menjadi rusak sehingga produktivitas turun. Untuk meningkatkan produktivitas kopi organik yaitu dengan melaksanakan budidaya yang benar dengan mengusahakan tanaman sehat dan media yang subur, atau dengan pengendalian secara preventif.
Produk kopi sudah mendapatkan sertifikasi organik, maka pengendalian OPT yang dilakukan harus menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Pengendalian hama penyakit tanaman dapat dilakukan dengan memanfaatkan agensia hayati berbasis Trichoderma dan Beuvaria sp. Hama dan penyakit yang menyerang adalah PBKo (Penggerek Buah Kopi) dan karat daun. Pengendaliannya dilakukan dengan 1) Menggunakan perangkap feromon dengan bahan aktif hypotan, aceton dan methanol; 2) Menggunakan Beauveria bassiana yang merupakan jamur/cendawan yang dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati hama PBKo.
Cendawan ini akan membuat sakit serangga hama, baru kemudian menyebabkan hama tersebut mati. Jamur ini masuk kedalam tubuh serangga dapat melalui kulit, saluran pencernaan, maupun lubang lain yang ada pada serangga.
Cara pengendalian dengan melakukan penyemprotan aplikasi jamur Beauveria bassiana pada saat buah masih muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B. bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore hari dengan arah semprotan dari bawah daun selama 3x aplikasi per musim panen.
Disamping itu perlu dilakukan pemangkasan secara teratur, pengaturan naungan, pembersihan gulma secara berkala dan lain-lainnya, sehingga lingkungan kebun menjadi steril dan hiegienis sehingga tak ada lagi sedikitpun bahan kimia yang masuk dalam kebun kopi organik.
Penanganan Panen dan Pasca Panen
Untuk mendapatkan hasil kopi dengan mutu organik yang baik, maka pengelolaan panen dan pasca panen juga harus diperhatikan. Panen dilakukan setelah kopi berwarna merah, dan perlu dilakukan prosesing yang benar sehingga mendapatkan greenbeen yang berkualitas. Kita tau bahwa sifat kopi higroskopis yaitu menyerap segala sesuatu yang ada di sekitarnya, sehingga ketika melakukan penanganan pasca panen terutama dalam penjemuran, harus sesuai dengan SOP Organik, sehingga produk dapat bebas residu karena tidak terkontaminasi dengan bahan dan alat yang digunakan dalam keseluruhan proses produksi Kopi Organik.
Agar budidaya kopi organik dapat difahami dan dilaksanakan oleh para pekebun kopi, maka perlu dilakukan alih teknologi dan pendampingan kepada pekebun kopi tentang pembuatan kompos organik dari kulit kopi; pengendalian hama penyakit terpadu pada tanaman kopi menggunakan agensia hayati Beuvaria sp dan Trichoderma serta teknik pemanenan kopi dan pasca panen yang efisien. (Sri Wijiastuti, Pusat Penyuluhan Pertanian).
Sumber:
- http://www.tpsaproject.com/wp-content/uploads/2018-01-16-Presentation-2-1123.04d.pdf
- Sumber: Jurnal Ilmiah Pangabdhi, vol 5 no. 2 Oktober 2019.
Sumber:http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/juknis/09-kopi.pd
Komentar
Posting Komentar